PERPANJANG USIAMU DENGAN MENULIS

PERPANJANG USIAMU DENGAN MENULIS

Saturday, November 3, 2012

hijrah "BANYAK YANG TAHU TAPI SEDIKIT YANG MEMAHAMI"


Pagi itu, aku pergi dengan semangat. Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur beberapa hari di awal ramadhan. Pesantren ramadhan pertamaku di sekolah ini akan segera dimulai. Aku dan beberapa teman-temanku anak kelas X lainnya mengambil tempat terdepan. Kami akan melaksanakan pesantren ramadhan di masjid sekolah. Masjid yang merupakan masjid sekolah yang terbesar di bumi Raflesia ini. 
            Pak Ustadz sudah siap memberikan materi dari mimbar. Materi pertama adalah tentang hijab. Pak Ustadz menjelaskan panjang lebar materi tentang hijab dengan menarik. Saat tiba sesi Tanya jawab, salah seorang temanku yang sama-sama berasal dari tsanawiyah dulu bertanya. “Pak ustadz, boleh tidak kalau kita tidak pakai jilbab di rumah dan sekitarnya? Berjilbabnya ketika sekolah atau pergi-pergi jauh saja?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan teman itu. Sebenarnya itu juga pertanyaan yang ada dalam benakku. Selama ini aku juga hanya berjilbab ketika sekolah dan pergi saja. Itupun karena aku sekolah di madrasah yang memang di tuntut untuk seperti itu. Tapi di rumah aku tidak pakai jilbab, kan panas dan repot masa di rumah sendiri saja harus pakai jilbab juga. Sedangkan teman-temanku yang sekolah di SMP dan SMA jangankan untuk mengenakan jilbab, seragam sekolah mereka saja baju lengan pendek dan rok pendek. Anak sekolah yang berjilbab di SMA saat itu sangat langka. Timbul juga pertanyaan, apakah yang kulakukan selama ini sudah benar?
            Dengan bijak Pak Ustadz menjawab pertanyaan dari temanku tadi.
”Kita berjilbab bukan berdasarkan dimana kita berada, tapi perhatikan siapa yang ada di hadapan kita atau siapa yang melihat kita”. Terang Pak Ustadz.
“Kita boleh tidak berjilbab di tengah lapangan ini, dengan syarat tidak ada non mahram yang melihat. Misalnya tengah malam kita tidak berjilbab di lapangan ini, tafadhol. Atau kita pergi ke bulan yang tidak ada orangnya maka tidak berdosa kita tidak menggunakan jilbab di sana. Tapi jika ada non mahram yang melihat kita, maka kita wajib mengenakan jilbab walaupun di rumah sendiri”
Begitulah penjelasan Pak Ustadz. Sebuah penjelasan yang sepertinya sederhana namun sungguh mengena di hatiku. Hari itu aku bagaikan Einstein yang kejatuhan buah apel dan memikirkan kenapa hal tersebut bisa terjadi, sehingga timbullah konsep tentang gravitasi. Hari itu aku bagaikan Archimedes yang berendam di bath up-nya, mengamati jumlah air yang tumpah setiap kali dia memasukkan bagian tubuhnya sampai akhirnya berkata ’ahaa’ lalu menemukan hukum Archimedes. Ya, hari itu, pagi itu, merupakan sebuah momentum berharga dalam hidupku. Seperti halnya Einstein yang sudah sering melihat benda jatuh ke bawah. Seperti hal nya Archimedes yang pasti sebelumnya sudah sering berendam dan melihat air tumpah. Tapi saat-saat berharga itulah momen penting dalam hidup mereka. Saat-saat tak ternilai itulah detik-detik paling berharga bagi mereka, di saat mereka medapat ilham dan akhirnya menemukan ide-ide cemerlang.
Sebagai seorang anak dari madrasah tentu aku sudah sering mendengar bahwa berjilbab itu wajib. Tentu sudah tahu dalil-dalilnya, begitu juga dengan teman-temanku yang lain. Termasuk teman yang bertanya tadi. Kami tahu namun memang kami belum menjiwai tentang kewajiban berjilbab tersebut. Hari itu, di pesantren ramadhan itu. Melalui kata-kata seorang ustadz yang luar biasa. Sebuah perubahan terjadi dalam hidupku. Semangat itu terasa begitu besar, tekad untuk berubah menjadi lebih baik itu sepertinya begitu kuat. Telah ku azzamkan mulai saat itu aku akan berjilbab dengan baik. Sebenar-benarnya mengenakan jilbab. Bukan hanya sebagai seragam sekolah saja. Bukan untuk pakaian bepergian saja, bukan lagi jilbab yang bisa dibongkar pasang. Hari itu, sepulang sekolah kunyatakan niat baikku pada mamaku. Mama dengan senang menyambut baik maksudku dan akhirnya bersedia memenuhi tuntutanku untuk minta dibelikan baju-baju yang syar’i.
            Sebagai orang muslim, aku yakin banyak yang tahu bahwa berjilbab itu wajib. Buktinya para muslimah selalu menutup auratnya dengan mukena setiap akan shalat. Mereka tahu bahwa itu perintah Allah dan diwajibkan dalam islam. Mereka yakin bahwa ibadah mereka, shalat mereka tidak akan diterima tanpa menutup aurat. Namun keyakinan itu mereka tanggalkan dengan mudahnya seusai shalat, semudah mereka menanggalkan mukena yang mereka kenakan. Sebenarnya banyak yang tahu, namun sedikit yang memahami.
            Selain momen ketika pesantren ramadhan itu, ada satu hal penting lagi yang berperan dalam perubahanku. Yaitu seorang ukhty, teman sepermainanku sejak kecil. Sejak SD kami sudah satu kelas dan dulu kami pernah bertekad akan satu sekolah lagi dan akan berjilbab ketika SMP nanti. Manusia hanya bisa berencana namun Allahlah yang menentukan segalanya. Temanku itu diterima di SMP yang kami idam-idamkan, dia lulus di kelas unggul pula. Sebenarnya aku juga diterima di kelas yang sama dengannya, namun karena sesuatu dan lain hal serta tuntutan dari nenek dan keluargaku yang lebih menginginkan aku masuk sekolah agama. Akhirnya aku bersedia untuk bersekolah di Madrasah Tsanawiyah.
            Sekali lagi manusia hanya bisa berencana namun Allah yang menentukan segalanya. Temanku berhasil masuk ke sekolah yang di inginkannya, namun aku yang pertama kali berjilbab ke sekolah. Tentu saja karena aku sekolah di MTs yang memang seragamnya seperti itu. Sementara temanku yang bersekolah di SMP tetap belum berjilbab dan masih berseragam pendek. Saat itu memang sangat jarang ada anak SMP yang berjilbab. Temanku itu bergabung di rohis sekolahnya, dia juga belajar banyak ilmu agama walaupun sekolah di SMP dan sepertinya dia lebih cepat paham dari pada aku yang sudah sekolah di sekolah agama. Ada suatu hal yang sangat membuatku kagum padanya. Jika dia sudah yakin akan sesuatu, maka Ia benar-benar akan melaksanakannya dengan sepenuh hati dan dengan usaha yang maksimal. Pernah di suatu pagi saat aku masih kelas 3 MTs, kulihat temanku itu keluar dari rumahnya menuju sekolah dengan menggunakan baju batik lengan panjang, rok hitam panjang dan jilbab hitam yang tebal dan juga panjang. Saat itu aku sangat terkejut dia saat itu langsung menggunakan pakaian yang panjang, rapi dan menutup. Padahal aku sangat yakin, pagi sebelumnya dia masih menggunakan baju batik lengan pendek dan rok pendekya ke sekolah. Temanku inilah yang selalu menyemangatiku dan mendukung perubahanku.
            Proses perubahan itu tidak berakhir begitu saja, aku juga berusaha mencari komunitas yang lebih baik sampai akhirnya aku bergabung dengan rohis dan berkenalan dengan tarbiyah. Tarbiyah yang telah membuka cakrawala, tarbiyah yang telah mengubah paradigma, tarbiyah yang telah mengubah obsesi dan orientasi, tarbiyah yang telah mengubah omelan menjadi amalan. Tarbiyah yang telah mengubah potensi menjadi prestasi dan tarbiyah yang telah menjebatani diri kepada cahaya illahi. Di sini aku bertemu orang-orang luar biasa yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi selalu mau berkorban untuk orang lain. Di sini aku bertemu dengan guru-guru yang luar biasa, yang tidak pernah bosan mengajak kami pada kebaikan. Walaupun aku dan teman-teman masih sering kabur saat acara rohis dan mentoring. Di sini aku belajar tentang kejujuran, tentang prinsip hidup dan tentang rasa percaya diri.
Karena rohis aku yang lebih baik, lebih rajin dan lebih memiliki tujuan yang jelas. Karena rohis aku belajar menjadi orang jujur dan berprinsip. Sejak bergabung dengan rohis aku selalu jujur dalam ujian, karena kami di ajarkan untuk percaya pada diri sendiri dan tidak pernah mau menggantungkan kesuksesan pada orang lain. Tidak seperti waktu di MTs dulu, aku pernah mengobral jawaban UN ku ke seluruh kelas, bahkan sampai ke seluruh penjuru sekolah. Di sini kami diajarkan bahwa dalam ujian baik mencontek / meminta jawaban maupun memberikan jawaban saat ujian itu hukumnya haram. Di sini aku belajar puas dengan hasilku sendiri dan belajar untuk berusaha lebih keras serta menghilangkan segala macam bentuk kesetiakawanan saat ujian. Karena rohis aku belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi aku sangat tidak setuju sama sekali dengan pemberitaan yang menyatakan bahwa rohis itu perekrutan teroris muda.
Begitulah ceritaku bertahun lalu, perjalananku mendapatkan hidayah. Sekarang aku sudah jadi mahasiswa di salah satu universitas negeri di kota Padang. Sebuah kota yang dikenal religius, di sini mayoritas penduduknya berjilbab. Teman-temanku di kelas semuanya juga berjilbab. Sangat berbeda keadaannya dengan kota tempatku dibesarkan. Sekarang di kampus ini aku bergabung dengan Forum Study Islam Al-Qalam (FORSIA FMIPA UNP). Di sini kutemukan sahabat-sahabat perjuangan yang baru. Teman-teman yang memberi inspirasi dan mengajarkan banyak hal padaku. Di sini aku belajar bagaimana mengemban amanah, belajar ikhlas, belajar bertanggung jawab dan belajar banyak hal dalam kehidupan.
Tak terasa masaku di kampus ini sebentar lagi akan berakhir. Sekarang aku sudah tahun empat, sedang menjalani praktek lapangan mengajar di sebuah SMA. Melihat siswa-siswa itu teringat kembali masa sekolahku dulu. Saat seusia mereka aku mendapatkan hidayah, saat seusia mereka aku memutuskan untuk berhijab dengan baik. Sekarang sebagai seorang guru akankah aku bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk mereka. Memberikan apa yang telah di berikan guru-guruku dulu kepadaku. Menjadi seorang yang menginspirasi bagi mereka.
Bagiku masa empat tahun di kampus, sesungguhnya bukanlah waktu untuk mengakhiri perjuangan ini. Namun inilah waktu kita untuk memulai perjuangan yang sebenarnya. Waktu untuk membayar apa yang telah aku dapatkan di sekolah dulu. Perjuangan yang sebenarnya baru akan di mulai, berusaha untuk sosok yang bisa menginspirasi dan bisa mengilhami banyak orang. Berusaha untuk memberikan apa yang telah kudapatkan dulu kepada siswa-siswaku.
Terimakasih untuk semua yang telah berjasa dalam hidupku, orang tuaku, seorang ukhty yang luar biasa (teman sejak kecilku, akhirnya kita dipertemukan lagi di kota Padang ini), guru-guruku, Murabbiku, teman-teman selingkaranku. Kakak-kakak, teman-teman, serta adik-adikku Terkhusus sahabat-sahabat seperjuanganku di FORSIA.
Untuk teman-teman yang biasa jadi instruktur pesantren ramadhan.persiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Karena kita tidak tahu dari ucapan dan kata-kata kita, mungkin bisa menyentuh hati adik-adik itu dan mungkin saat itu bisa menjadi salah satu momen penting dalam hidup mereka.

No comments:

Post a Comment

KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR FISIKA SMA/MA KURIKULUM 2013 REVISI

Tahun ajaran baru telah tiba, tiba pula saatnya bagi para guru mempersiapkan  memperbaharui kembali perangkat pembelajarannya. apa lagi ba...